Langsung ke konten utama
Sifat Wanita Shalihah ================ Wanita shalihah adalah dambaan setiap orang. Bapak dan ibu ingin sekali putrinya shalihah. Seorang suami mengidamkan istri shalihah. Mertua berangan angan mendapatkan menantu shalihah. Anak-anak juga demikian, sangat mengharapkan ibu yang shalihah. Agar bisa memberikan teladan dan bimbingan bagi mereka. Yang bisa mendidik dengan didikan Islami sekaligus mengajari adab dan tata krama Islami. beberapa sifat yang hendaknya dimiliki oleh wanita, agar dia bisa menjadi shalihah. Harapanya, agar para wanita bisa berhias dengan sifat tersebut, lalu mengajarkannya kepada segenap putri maupun saudari. #Tidak Boros Secara umum, sikap boros lebih dominan pada kaum wanita dibandingkan kaum pria. Ia menggunakan harta dengan cara berlebihan. Walaupun, tidak semua wanita berbuat demikian. Sifat boros merupakan perbuatan tercela. Sifat tersebut bisa mengantarkan pada perbuatan mengeluarkan harta secara mubadzdzir. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang boros adalah saudara syaithan.” (al-Isra’: 27) Perbuatan boros bisa terjadi pada seorang wanita sebelum menikah, saat menikah, setelah menikah dan saat menjadi seorang ibu. Oleh karena itu, hal ini perlu kita waspadai. Sebelum menikah, jangan biasakan putri-putri kita hidup dengan pola berlebihan. Berlebihan tersebut bisa terjadi pada pakaian dan aksesorisnya, perhiasan dan pernak-perniknya, dan lain sebagainya. Didiklah mereka dengan kesederhanaan agar hal tersebut menjadi kepribadiannya. Saat menikah, pemborosan terjadi pada wanita yang mau menikah dan bisa pula terjadi pada saat acara pernikahan. Seringnya, perhatian kaum wanita saat menikah tertuju pada penampilannya saat acara. Pakaian dengan perhiasan dan dandanannya yang berlebihan harus dihindari. Berlebihan dalam dandanan bisa menyeret pada berbagai perbuatan kemungkaran, seperti: tabaruj, bersolek dan menyerupai adat kaum kafir. Khawatir hal ini akan mengurangi keberkahan dan kebaikan rumah tangga. Padahal, keberkahan dan kebaikan merupakan inti kehidupan berkeluarga. Islam mengajari kaum wanita untuk sederhana sejak sebelum menikah. Misalnya dalam menentukan mahar, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam membimbing agar sederhana dan mudah. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hibban dari shahabat ‘Uqbah bin Amir radhiallahuanhu, Ash-Shahihah no. 1842) Oleh karena itu, hendaknya para wanita beserta segenap wali, memperhatikan perkara ini. Menjadikan kesederhanaan sebagai hal yang dikedepankan saat pernikahan. Hendaknya para wali memberikan kemudahan, bukan menyulitkan. Calon istri juga demikian, hendaknya bersikap rendah hati, bukan tinggi hati. Semoga hal ini menjadi penyebab turunnya keberkahan dalam kehidupan rumah tangga. Jangan sampai rumah tangga hancur disebabkan sikap boros dan berlebihan. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hal pertama yang menyebabkan Bani Israil hancur adalah istri seorang miskin yang membebani suaminya dalam hal pakaian atau perhiasan.” (HR. Ibnu Khuzaimah, lihat Ash-Shahihah no. 591) #Waspada dari Godaan Syaithan Sifat wanita shalihah berikutnya adalah senantiasa waspada dari bisikan syaithan, terkhusus yang terkait dengan urusan rumah tangga. Tujuan utama syaithan dalam menggoda kehidupan manusia adalah merusak; merusak agama, akhlak, hubungan bertetangga dan berkeluarga, dan berbagai kerusakan lainnya. Disebutkan dalam hadits dari shahabat Jabir bin Abdullah radhiallahuanhu, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam memberitakan bahwa Iblis meletakkan singgasananya di atas lautan. Kemudian ia mengutus para pasukannya untuk membuat kerusakan di muka bumi. Pasukan yang paling dekat kedudukannya adalah yang paling besar kerusakan yang diperbuatnya. Salah satu pasukan datang melapor kemudian berkata, “Saya telah berbuat kerusakan ini dan itu. ” Iblis menjawab, “Kamu belum berbuat sama sekali!” Datang lagi pasukan yang lain sambil berkata, “Tidaklah aku meninggalkan Fulan sampai aku memisahkan antara ia dan istrinya.” Iblis lantas mendekatkan pasukan tersebut ke arahnya sambil memuji, “Kamu adalah sebaik-baik pasukanku.” (HR. Muslim) Wahai istri, bersama suami hendaknya Anda memperhatikan hadits ini. Masing-Masing harus sadar bahwa kita memiliki musuh tersembunyi. Musuh yang melihat kita, sedangkan kita tidak melihat mereka. Musuh yang selalu membuntuti kita dan bisa menjalar bersama aliran darah.Musuh yang terus mengintai. Musuh itu adalah syaithan. Ia terus membisiki, memberi was-was, menggoda, merayu, membuat makar, menghembuskan syubhat, mengadu domba, dan seterusnya. Godaan-godaan itu terus ia lancarkan ke hati suami, ke hati istri, ke hati mertua, ke hati anggota keluarga. Agar muncul permusuhan di antara mereka. Supaya keluarga itu hancur. Maka, sepantasnya para wanita membentengi rumahnya dari gangguan syaithan. Hendaknya, ia berjuang agar syaithan tidak masuk ke dalam rumahnya. Olah karena itu, syariat mengajari kita semua untuk melawan syaithan dengan dzikir-dzikir syar’i. Ada dzikir yang diucapkan saat masuk ke dalam rumah atau keluar darinya, saat makan, saat marah, saat hendak tidur, masuk kamar mandi dan keluar darinya, dll. Dalam segala kondisi, ada dzikir yang diucapkan demi mengusir keikutsertaan syaithan. Sebab, syaithan akan lari jika dibacakan nama Allah ta’ala kepadanya. Penjagaan rumah dari gangguan syaithan juga bisa dilakukan dengan membaca al-Qur’an, dengan doa-doa yang diajarkan oleh Nabi shalallahu’alaihi wasallam, dengan amal ibadah yang dihidupkan dalam sebuah rumah. Penjagaan rumah dari gangguan syaithan dilakukan pula dengan menjauhkan rumah dari kemungkaran, seperti musik, gambar/patung-patung makhluk hidup, dan lain sebagainya. Dengan demikian insyaAllah rumah tersebut akan dijaga oleh Allah ta’ala. Penghuni rumah tersebut akan terjaga. Keberkahan juga mengalir kepada keluarga tersebut, dengan izin Allah ta’ala. Sebab, banyak rumah tangga hancur disebabkan turut campur syaithan ke dalamnya. #Selalu Bersyukur Di antara sifat yang perlu dimiliki wanita shalihah lainnya adalah mudah bersyukur. Seorang wanita bersyukur kepada Allah ta’ala, bersyukur (berterima kasih) kepada orang tua dan suaminya dengan berterima kasih kepadanya. Tidak sedikit wanita yang kurang bersyukur kepada suaminya. Padahal Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits, “Tidak akan bersyukur kepada Allah orang yang tidak mau berterima kasih kepada manusia.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi) dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu) Di antara manusia yang paling berjasa kepada seorang wanita adalah orang tua dan suaminya. Sudah sepantasnya ia berterima kasih kepada mereka. Yaitu, dengan menunaikan hak mereka dan tidak menyombongkan diri di hadapan mereka. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam mengingatkan para istri untuk menjauhi sikap mengingkari orang-orang yang berjasa kepadanya. Beliau shalallahu’alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits (artinya), “Berhati-hatilah kalian dari sikap mengingkari orang yang berjasa kepada kalian!” Saya bertanya, “Apa maksud mengingkari orang yang berjasa? ” Beliau shalallahu’alaihi wasallam melanjutkan (artinya), “Salah seorang dari kalian (kaum wanita) mungkin terlambat menikah. Kemudian Allah anugerahinya seorang suami dan anak-anak dari suami tersebut. Lantas ia marah dan berkata kepada suaminya, ‘Saya tidak melihat kebaikan sama sekali darimu.” (HR. al-Bukhari, dari shahabiyah Asma’ binti Yazid al-Anshariyah radhiallahuanha) Seorang suami telah memberi nafkah kepada istri. Ia melindungi dan menjaganya, mendidik dan membimbingnya. Suamilah yang memimpinnya dalam mengarungi lautan kehidupan. Maka dari itu, wajar bila ingkar terhadap suami merupakan dosa besar. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam mengancam pelakunya dengan ancaman yang mengerikan. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda (artinya), “Allah tidak akan memandang kepada seseorang istri yang tidak mau berterima kasih kepada suaminya, padahal ia tidak bisa lepas dari sang suami (sangat membutuhkannya).” (HR. an-Nasa’i dari shahabat Abdullah bin Amr radhiallahuanhu, lihat ash-Shahihah no. 289) #Menghormati Suami Sifat wanita shalihah pada poin ini khusus bagi yang berstatus sebagai istri. Seorang istri wajib menghormati dan menaati suaminya. Ia harus memahami kewajibannya sebagai istri. Ia penuhi hak suami tanpa diminta. Sebab, kedudukan suami begitu besar bagi istri. Suami merupakan penentu kebaikan atau kejelekan akhirat seorang istri. Jika seorang istri menunaikan kewajiban kepada suami, maka pertanda kebaikah akhirat untuknya. Sebaliknya, jika istri menyia-nyiakannya, maka menjadi pertanda keburukan akhiratnya. Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam menggambarkan besarnya hak seorang suami terhadap istri. Dalam hadits, beliau shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Jika saja aku boleh memerintahkan manusia untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. at-Tirmidzi, dll, al-Misykah no. 3255) Seorang istri tidak boleh menyakiti suaminya, baik dengan perkataan maupun sikap perbuatan. Terlebih suami yang shalih dan ahli ibadah. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda : (artinya), “TIdaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan istrinya di akhirat dari kalangan bidadari akan berkata, ‘Jangan kamu sakiti dia! Celaka kamu. Dia hanyalah singgah di tempatmu. Tak lama lagi akan segera meninggalkan dirimu dan menemui kami’.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari shahabat Mu’adz bin Jabal radhiallahuanhu) Semoga Allah ta’ala mengkaruniakan kepada kita istri dan anak shalihah. Amin. Wallahu a’lam bish shawwab.
Komentar