┈┈••••❁✵๐Ÿ•Œ✵❁••••┈┈ ๐Ÿ“–*๐‘ซ๐’‚๐’Œ๐’˜๐’‚๐’‰ ๐‘ต๐‘ผ : ๐Ž๐‘๐€๐๐† - ๐Ž๐‘๐€๐๐† ๐˜๐€๐๐† ๐๐€๐๐†๐Š๐‘๐”๐“ ๐Œ๐„๐๐”๐‘๐”๐“ ๐‘๐€๐’๐”๐‹๐”๐‹๐‹๐€๐‡ ๐’๐€๐– ☪️Pada suatu kesempatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu yang disebut orang bangkrut. ๐Ÿ“–Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan ๐Ÿ‘‡Dari ๐Ÿ‘ณAbu Hurairah radliyallahu ‘anh sebagai berikut: ุฃَู†َّ ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ِู„ّٰู‡ِ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ّٰู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚َุงู„َ: ุฃَุชَุฏْุฑُูˆْู†َ ู…َุง ุงู„ْู…ُูْู„ِุณُ؟ ☪️Sesungguhnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bertanya: ✒️“Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?” ู‚َุงู„ُูˆْุง: ุงَู„ْู…ُูْู„ِุณُ ูِูŠْู†َุง ู…َู†ْ ู„ุงَ ุฏِุฑْู‡َู…َ ู„َู‡ُ ูˆَู„ุงَ ู…َุชَุงุนَ ๐Ÿ‘ณMereka (para sahabat) menjawab: ✒️“Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai harta benda.” ๐Ÿ‘Jawaban seperti itu ternyata bukan sebagaimana yang dimaksudkan Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. ☪️Beliau tidak bertanya tentang ekonomi. ☪️Beliau ingin mengajak para sahabat mengetahui bahwa kebangkrutan bisa terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang agama. ๐ŸงฎJadi di dalam agama juga ada perhitungan matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan di antara sesama manusia. ⚖️Hal ini terjadi pada saat semua manusia berada di Padang Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau neraka. ๐ŸงฎDengan perhitungan seperti itu, dapat diketahui apakah seseorang akan termasuk orang beruntung atau justru orang bangkrut di akherat kelak. ☪️Adapun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut: ูَู‚َุงู„َ “ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُูْู„ِุณَ ู…ِู†ْ ุฃُู…َّุชِูŠ، ูŠَุฃْุชِูŠ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุจِุตَู„ุงَุฉٍ ูˆَุตِูŠَุงู…ٍ ูˆَุฒَูƒَุงุฉٍ، ูˆَูŠَุฃْุชِูŠ ู‚َุฏْ ุดَุชَู…َ ู‡ٰุฐَุง، ูˆَู‚َุฐَูَ ู‡ٰุฐَุง، ูˆَุฃَูƒَู„َ ู…َุงู„َ ู‡ٰุฐَุง، ูˆَุณَูَูƒَ ุฏَู…َ ู‡ٰุฐَุง، ูˆَุถَุฑَุจَ ู‡ٰุฐَุง. ูَูŠُุนْุทِู‰ ู‡ٰุฐَุง ู…ِู†ْ ุญَุณَู†َุงุชِู‡ِ ูˆَู‡ٰุฐَุง ู…ِู†ٰ ุญَุณَู†َุงุชِู‡ِ. ูَุฅِู†ْ ูَู†ِูŠَุชْ ุญَุณَู†َุงุชُู‡ُ، ู‚َุจْู„َ ุฃَู†ْ ูŠَู‚ْุถَู‰ ู…َุง ุนَู„َูŠْู‡ِ، ุฃُุฎِุฐَ ู…ِู†ْ ุฎَุทَุงูŠَุงู‡ُู…ْ ูَุทُุฑِุญَุชْ ุนَู„َูŠْู‡ِ. ุซُู…َّ ุทُุฑِุญَ ูِูŠ ุงู„ู†َّุงุฑِ” ☪️Nabi menjelaskan: ✒️“Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. ✒️Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. ✒️Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. ✒️Apabila amal baik mereka telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; ✒️Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.” ๐Ÿ•‹Jadi setiap orang dari umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang mereka lakukan semasa hidupnya seperti shalat, puasa, dan zakat. ✍️Namun pahala-pahala yang didapat dari ibadah-ibadah wajib itu akan dikonfrontir dengan dosa-dosa sosialnya akibat berbuat zalim kepada sesama manusia seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain seperti mencuri atau korupsi, membunuh secara tidak sah, melukai atau menyakiti orang lain baik secara fisik maupun non-fisik, dan sebagainya. ✅Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat kezaliman tidak sebanding dengan kesalehan-kekesalehan yang dilakukannya karena banyaknya orang yang dizalimi atau tingginya tingkat kezaliman kepada orang tertentu, maka dosa-dosa dari orang-orang yang dizalimi akan diberikan kepada orang yang menzalimi hingga mencapai titik impas. ✅Apabila titik impas tidak tercapai, maka Allah subhanahu wata'ala akan melemparkan orang yang menzalimi itu ke neraka. ✅Orang seperti inilah yang disebut orang bangkrut dalam agama sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas. ๐Ÿ‘บKezaliman manusia terhadap manusia lainnya pada dasarnya merupakan urusan manusia karena termasuk wilayah muamalah. ✍️Namun demikian, ☪️Allah tidak membiarkannya hingga pihak yang melakukan kezaliman menyelesaikan masalahnya, ๐Ÿ‘‡Misalnya ๐ŸคDengan konpensasi tertentu dan/atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi semasa hidupnya. ✍️Apabila hal ini tidak dilakukan hingga masing-masing meninggal dunia, ☪️Maka Allah akan memperhitungkannya di akherat kelak. ๐Ÿ‘บJadi melakukan kezaliman terhadap sesama manusia bukanlah persoalan sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat. ☪️Allah memang memperhatikan dan memperhitungkan setiap kezaliman seperti itu ๐Ÿ“–Sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan ๐Ÿ‘‡Dari ๐Ÿ‘ณAnas bin Malik radliyallahu ‘anh sebagai berikut: ูˆَุฃَู…َّุง ุงู„ุธُّู„ْู…ُ ุงู„َّุฐِูŠ ู„ุง ูŠَุชْุฑُูƒُู‡ُ ุงู„ู„ّٰู‡ ูَุธُู„ْู…ُ ุงู„ْุนِุจَุงุฏِ ุจَุนْุถِู‡ِู…ْ ุจَุนْุถًุง ุญَุชَّู‰ ูŠُุฏَุจِّุฑُ ู„ِุจَุนْุถِู‡ِู…ْ ู…ِู†ْ ุจَุนْุถٍ ✒️“Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya.” ⚠️Oleh karena itu siapa pun hendaknya bersikap hati-hati kepada orang lain dengan menjaga lisan, tangan dan anggota badan lainnya agar terhindar dari dosa-dosa sosial akibat berbuat kezaliman kepada mereka. ๐Ÿ‘ณAllamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad ๐Ÿ“šDalam kitabnya berjudul Sabรฎlul Iddikรขr wal I’tibรขr bimรข Yamurru bil Insรขn wa Yanqadli Lahu minal A’mรขr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal.100), ๐Ÿ‘‡Juga menjelaskan ✅Bahwa di antara hal-hal yang amat diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat adalah perbuatan zalim manusia terhadap manusia lainnya sebagaimana kutipan berikut ini: ูˆَุงุนْู„َู…ْ ุฃَู†َّ ู…ِู†ْ ุฃَุดَุฏِّ ุงู„ْุฃَุดْูŠَุงุกِ ูˆَุฃَุดَู‚ِّู‡َุง ูِูŠْ ู…َูˆْู‚ِูِ ุงْู„ู‚ِูŠَุงู…َุฉِ: ุธُู„ْู…ُ ุงْู„ุนِุจَุงุฏِ، ูَุฅِู†َّู‡ُ ุงَู„ุธُّู„ْู…ُ ุงู„َّุฐِูŠْ ู„َุง ูŠَุชْุฑُูƒُู‡ُ ุงู„ู„ّٰู‡ُ ✒️“Ketahuilah bahwa di antara hal-hal berat dan sangat diperhitungkan pada hari kiamat adalah perbuatan zalim terhadap sesama manusia sebab hal ini merupakan kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah.” ๐Ÿค—Oleh karena itu apabila kita benar-benar sayang pada diri sendiri, maka hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah kebangkrutan amal adalah menjaga agar pahala dari ibadah-ibadah yang kita lakukan tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kezaliman-kezaliman kita kepada orang lain. ๐Ÿค—Jadi memang pahala-pahala dari berbagai ibadah saja seperti shalat, puasa, haji dan bahkan zakat sekalipun belum cukup menjadi bekal kita di akherat hingga ada kepastian bahwa orang-orang lain selamat dari lisan dan tangan kita melakukan kezaliman-kezaliman kepada mereka. ๐ŸคฒMudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mampu menjaga lisan, tangan dan anggota tubuh lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menzalimi sesama manusia seperti: ๐Ÿ‘Menyakiti hati orang lain, ๐Ÿ‘Mencaci maki, ๐Ÿ‘Memfitnah dan menuduh tanpa bukti, ๐Ÿ‘Mengambil hak orang lain seperti mencuri dan korupsi, ๐Ÿ‘Membunuh secara tidak sah, menyakiti secara fisik, dan sebagainya. ✍️Dengan cara ini semoga kita semua selamat dari predikat orang-orang bangkrut di akherat. Aamiin… Aamiin ya rabbal ‘alamiin. ┈┈••••❁✵๐Ÿ•Œ✵❁••••┈┈ ✍️Semoga bermanfaat…. Silahkan di share tanpa merubah konten. ๐Ÿ™Salam santun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

*MAKAN BARENG SATU PIRING OBAT 'AIN DAN HASAD YANG SANGAT MANJUR* Santri Dulu_kala... Dan jama' tabligh sekarang ๏บ‘๏บด๏ปข ๏บ๏ปŸ๏ป ๏ปช ๏บ๏ปŸ๏บฎ๏บฃ๏ปค๏ปฆ ๏บ๏ปŸ๏บฎ๏บฃ๏ปด๏ปข Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ุทَุนَุงู…ُ ุงู„ุงِุซْู†َูŠْู†ِ ูƒَุงูِู‰ ุงู„ุซَّู„ุงَุซَุฉِ ، ูˆَุทَุนَุงู…ُ ุงู„ุซَّู„ุงَุซَุฉِ ูƒَุงูِู‰ ุงู„ุฃَุฑْุจَุนَุฉِ “Makanan untuk dua orang cukup untuk tiga dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.” (HR. Bukhari dan Muslim). Makan bareng adalah sunnah yang dilupakan (ุณู†ุฉ ุงู„ู…ู†ุณูŠุฉ). Dengan makan bareng kita akan saling memakan bekas kita masing-masing dan apabila diantara kita telah terkena 'ain atau hasad oleh teman kita makan itu, maka dengan makan bareng itu insyaAllah kita akan sembuh. Disamping untuk keberkahan diatas masih banyak lagi keberkahan lain diantaranya(Makan) terpisah *1.* Dapat merampas berkah dan (makan) berjamaah itu dapat mendatangkan rasa kenyang dan berkah. *2.* Menyebut nama Allah ta'ala ketika makan itu wajib dan dapat menghasilkan berkah yang diharapkan dengan memperbanyak makanan. *3.* Orang yang makan sendirian kendatipun makannya banyak, akan tetap merasakan tidak cukup dan lapar berbeda dengan makan secara berjamaah meskipun makanannya sedikit. *4.* Wajib bagi umat Islam untuk selalu berjamaah di dalam setiap situasi, di dalam makan, minum dan memerangi musuh mereka dikarenakan asosiasi akidah dan syariat mereka. Dulu di zaman sahabat makan bareng adalah sunnah yang biasa di lakukan hingga jarang bahkan sama sekali tidak ada yang sakit karena 'ain maupun hasad. Di zaman sekarang begitu banyak orang yang tertimpa 'ain dan hasad karena sunnah makan bareng satu piring hampir tidak pernah dilakukan. Kita makan sendiri-sendiri dan akhirnya kita sangat rentan tertimpa 'ain dan hasad. ูˆุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุณู„ู…. ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†. ูˆุงู„ู„ู‡ ูˆุงุนู„ู…

Ibrahim bin Adham lewat di depan seseorang yang sedang bersusah hati.. Ibrahim bin Adham: Aku tanyakan padamu tiga pertanyaan, Jawablah! Ia menjawab: Ya Ibrahim bin Adham: Apakah ada sesuatu yang terjadi di alam ini di luar kehendak Allah? Ia menjawab: Tidak ada Ibrahim bin Adham: Apakah mungkin rezekimu yang telah ditetapkan Allah untukmu bisa berkurang? Ia menjawab: Tidak Ibrahim bin Adham: Apakah mungkin ajalmu yang telah ditetapkan Allah untukmu bisa berkurang? Ia menjawab: Tidak Ibrahim bin Adham: Lantas, mengapa engkau bersedih dan susah hati?! ุฅู† ุญุฌุจ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ูƒ ุดูŠุฆًุง ุชุญุจู‡ ูู„ุง ุชุญุฒู† ูˆู„ุง ุชูŠุฃุณ .. ูุฅู† ุนุทุงุกู‡ ุฑุญู…ุฉ ، ูˆู…ู†ุนู‡ ุญูƒู…ุฉ.. ูˆุงู„ุฎูŠุฑ ู‚ุงุฏู… ุจุฅุฐู†ู‡. ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฑุฒู‚ู†ุง ุตุจุฑًุง ูŠุตุงุญุจู‡ ุญุณู† ุธู† ุจูƒ ูŠุง ุงู„ู„ู‡ Jika Allah menghalangi suatu yang kamu sukai, maka jangan bersedih dan putus asa. Karena pemberian-Nya adalah kasih sayang, larangan-Nya adalah hikmah, dan kebaikan akan datang dengan izin-Nya Ya Allah, berikan kami karunia berupa kesabaran yang membawa husnuzan pada-Mu ya Allah

Di Za͟m͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟, Ad͟a͟ Se͟p͟a͟s͟a͟n͟g͟ Su͟a͟m͟i͟ Is͟t͟r͟i͟ Ya͟n͟g͟ Hi͟d͟u͟p͟ De͟n͟g͟a͟n͟ Pe͟n͟u͟h͟ Ke͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ Na͟m͟u͟n͟ Me͟r͟e͟k͟a͟ Me͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟i͟n͟y͟a͟ De͟n͟g͟a͟n͟ Pe͟n͟u͟h͟ Ke͟s͟a͟b͟a͟r͟a͟n͟. S͟u͟a͟t͟u͟ Ke͟t͟i͟k͟a͟, Ta͟t͟k͟a͟l͟a͟ Me͟r͟e͟k͟a͟ Be͟r͟i͟s͟t͟i͟r͟a͟h͟a͟t͟, Sa͟n͟g͟ Is͟t͟r͟i͟ Be͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ Kep͟a͟d͟a͟ Su͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟: _"W͟a͟h͟a͟i͟ Su͟a͟m͟i͟k͟u͟, Bu͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ M͟u͟s͟a͟ Ad͟a͟l͟a͟h͟ Se͟o͟r͟a͟n͟g͟ N͟a͟b͟i͟ Ya͟n͟g͟ Bi͟s͟a͟ Be͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ De͟n͟g͟a͟n͟ T͟u͟h͟a͟n͟n͟y͟a͟ (A͟l͟l͟a͟h͟)..?"_ L͟a͟l͟u͟ Sa͟n͟g͟ Su͟a͟m͟i͟ Me͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟ : _"Y͟a͟, Be͟n͟a͟r͟."_ S͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ l͟a͟g͟i͟: _"K͟e͟n͟a͟p͟a͟ k͟i͟t͟a͟ t͟i͟d͟a͟k͟ p͟e͟r͟g͟i͟ s͟a͟j͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟-n͟y͟a͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟d͟i͟s͟i͟ k͟i͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ p͟e͟n͟u͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟m͟i͟n͟t͟a͟n͟y͟a͟ a͟g͟a͟r͟ i͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ R͟a͟b͟b͟-n͟y͟a͟, a͟g͟a͟r͟ D͟i͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟n͟u͟g͟e͟r͟a͟h͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟i͟t͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ ?"_ A͟k͟h͟i͟r͟n͟y͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟n͟y͟a͟ i͟t͟u͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟. L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟m͟u͟n͟a͟j͟a͟t͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ k͟e͟l͟u͟a͟r͟g͟a͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟. A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ M͟u͟s͟a͟: _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, k͟a͟t͟a͟k͟a͟n͟l͟a͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, a͟k͟u͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ a͟k͟u͟ b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, d͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, a͟k͟a͟n͟ a͟k͟u͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟."*_ L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟ t͟e͟l͟a͟h͟ M͟e͟n͟g͟a͟b͟u͟l͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟m͟o͟h͟o͟n͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟y͟a͟r͟a͟t͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ l͟a͟m͟a͟n͟y͟a͟. M͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟e͟r͟i͟m͟a͟ k͟a͟b͟a͟r͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟b͟a͟h͟a͟g͟i͟a͟a͟n͟ d͟a͟n͟ k͟e͟g͟e͟m͟b͟i͟r͟a͟a͟n͟. B͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ h͟a͟r͟i͟ k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ d͟a͟t͟a͟n͟g͟l͟a͟h͟ r͟i͟z͟q͟i͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟ j͟a͟l͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ t͟a͟k͟ d͟i͟k͟e͟t͟a͟h͟u͟i͟ d͟a͟r͟i͟m͟a͟n͟a͟ a͟r͟a͟h͟n͟y͟a͟. D͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟p͟u͟n͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ t͟e͟r͟k͟a͟y͟a͟ p͟a͟d͟a͟ s͟a͟a͟t͟ i͟t͟u͟. K͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟u͟b͟a͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟. L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟: _"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, s͟e͟l͟a͟m͟a͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ i͟n͟i͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ m͟a͟k͟a͟n͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟n͟t͟u͟n͟i͟ a͟n͟a͟k͟-a͟n͟a͟k͟ y͟a͟t͟i͟m͟ m͟u͟m͟p͟u͟n͟g͟ k͟i͟t͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ p͟u͟n͟y͟a͟ k͟e͟s͟e͟m͟p͟a͟t͟a͟n͟, k͟a͟r͟e͟n͟a͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟."_ S͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟: _"B͟a͟i͟k͟l͟a͟h͟, k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟n͟g͟g͟u͟n͟a͟k͟a͟n͟ h͟a͟r͟t͟a͟ i͟n͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟n͟y͟a͟."_ K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟, d͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟g͟u͟n͟ t͟e͟m͟p͟a͟t͟-t͟e͟m͟p͟a͟t͟ s͟i͟n͟g͟g͟a͟h͟ p͟a͟r͟a͟ M͟u͟s͟a͟f͟i͟r͟, s͟e͟r͟t͟a͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟ g͟r͟a͟t͟i͟s͟ b͟a͟g͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟. S͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ b͟e͟r͟l͟a͟l͟u͟, m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ t͟e͟t͟a͟p͟ s͟i͟b͟u͟k͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟a͟n͟ s͟a͟m͟p͟a͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ s͟u͟d͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ k͟a͟y͟a͟ d͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟. N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ p͟u͟n͟ h͟e͟r͟a͟n͟ m͟e͟l͟i͟h͟a͟t͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ y͟a͟n͟g͟ t͟e͟t͟a͟p͟ k͟a͟y͟a͟. K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟p͟d͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ : _"Y͟a͟ R͟a͟b͟b͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ b͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ s͟a͟j͟a͟, k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ i͟t͟u͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟a͟d͟a͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ s͟e͟p͟e͟r͟t͟i͟ s͟e͟m͟u͟l͟a͟?"_ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟: _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ s͟a͟t͟u͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟q͟i͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ b͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟k͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ h͟a͟m͟b͟a͟-h͟a͟m͟b͟a͟ K͟u͟."*_ _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, m͟a͟k͟a͟ A͟k͟u͟ t͟i͟t͟i͟p͟k͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ l͟a͟m͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟."*_ _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ Sa͟n͟g͟a͟t͟ Ma͟l͟u͟ Ji͟k͟a͟l͟a͟u͟ Ada͟ Ha͟m͟b͟a͟-K͟u͟ Ya͟n͟g͟ Le͟b͟i͟h͟ Mu͟l͟i͟a͟ Da͟n͟ Le͟b͟i͟h͟ Pe͟m͟u͟r͟a͟h͟ Da͟r͟i͟p͟a͟d͟a͟ A͟k͟u͟."*_ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ Me͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟: ุณุจุญุงู†ูƒ ุงู„ู„ู‡ู… ู…ุงุงุٔนุธู… ุดุงูٔ†ูƒ ูˆุงุٔฑูุน ู…ูƒุงู†ูƒ _"M͟a͟h͟a͟ S͟u͟c͟i͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ Y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟, Be͟t͟a͟p͟a͟ M͟a͟h͟a͟ M͟u͟l͟i͟a͟ Uru͟s͟a͟n͟-M͟u͟ Dan͟ M͟a͟h͟a͟ T͟i͟n͟g͟g͟i͟ Ked͟u͟d͟u͟k͟a͟n͟-M͟u͟."_ *HIDUP BUKANLAH BAGAIMANA MENJADI YG TERBAIK TETAPI BAGAIMANA KITA BANYAK BERBUAT BAIK*