Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

🌿بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ 🌹اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم PILIHAN ADA DI DEPANMU Pilihan ada di depanmu.. Silahkan memilih.. Tapi ingat konsekuensinya.. Harus tanggung-jawab. Allah ta’ala telah berfirman: {أَفَمَن يُلْقَىٰ فِي النَّارِ خَيْرٌ أَم مَّن يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ} [فصلت : 40] "Apakah orang yang dilemparkan ke neraka itu lebih baik, ataukah orang yang datang pada hari kiamat dengan aman sentosa?! Lakukanlah apa saja yang kalian kehendaki, karena sesungguhnya Dia maha melihat”. [Fush-shilat: 40]. Dalam ayat lain Allah juga berfirman: {فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا} [الكهف : 29] “Siapa yang ingin, silahkan (memilih) beriman, dan siapa yang ingin, silahkan (memilih) kafir! *Sungguh Kami telah persiapkan bagi orang-orang yang zalim itu api neraka yang gejolaknya menyelimuti mereka*”. [Al-Kahfi:29]. Setiap pilihan kita akan punya konsekuensi. Memilih yang baik, konsekuensinya akan baik.. Memilih yang buruk, konsekuensinya juga akan buruk.. Dan semuanya akan kembali kepada diri kita sendiri. Allah ta’ala berfirman: {مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ} [فصلت : 46] “Siapa yang beramal saleh, maka itu untuk kebaikan dirinya sendiri. (Sebaliknya) siapa yang beramal kemaksiatan, maka keburukannya akan ditimpakan kepada dirinya sendiri pula. Dan Rabbmu tidaklah menzalimi para hamba-Nya”. [Fush-shilat:46]

لاتعلم اولادك ليكونوا اغناء علمهم ليكونوا سعداء۔۔۔۔لذاعندمايكبرواسيعرفون قيمةالاشياءوليس سعرها۔۔۔۔! Jangan ajarkan keturunan kalian untuk menjadi kaya, ajarkan mereka agar jadi orang bahagia. Karena kelak ketika dewasa, mereka akan paham begitu berharganya sebuah nilai kehidupan ketimbang harta ! نحن مليؤن بالتناقضات نؤمن بالاحلام۔۔ونكذب الوقيع بالاوهام نكتب الحب كثيرا ونعيشه قليلا نتحدث عن اتساع القلوب وصدورنا ضيقة ! Hidup kita penuh dengan kontradiksi, kita yakin dengan impian kita, namun kita mendustai realita dengan ilusi. Kita banyak menulis tentang cinta, namun kita jarang menikmatinya, kita berbicara tentang lapangnya hati, padahal hati kita sempit.

*Seberapa Pantas Gelar Pahlawan Untuk Syaikhona Kholil Bangkalan?* Ada kwartet ulama yang lahir dalam kurun 10 tahun di awal abad XIX dan memberi corak berbeda bagi perkembangan dunia Islam Nusantara. Syekh Nawawi al-Bantani (1230 H/1813 M ), Syekh Sholeh Darat Assamarani (lahir 1233 H/ 1817 M), Syekh Kholil al-Bangkalani (1239/1820), dan Sayyid Utsman bin Yahya, mufti Batavia (lahir 1328 H/1822). Trio ulama pertama memiliki murid yang rata-rata kelahiran 1860 hingga 1875, seperti Syekh Raden Mukhtar bin Atharid Al-Bughuri, Syekh Hasyim Asy’ari, Syekh Ahmad Dahlan, Syekh Mahfudz Attarmusi, Syekh Baqir al-Jugjawi dan sebagainya. Sedangkan kalangan sadat ‘alawiyyin memiliki sanad keilmuan yang bersambung dengan Sayyid Utsman bin Yahya, mufti Batavia. Masing-masing nama di atas memiliki karya yang bisa kita pelajari hingga hari ini. Mereka rahimahullah juga banyak membina para santri yang di kemudian hari menjadi ulama, serta pejuang kemerdekaan. Hanya saja, di dalam makalah ini, penulis fokus pada bahasan karakteristik pribadi Syaikhona Kholil Bangkalan, sosok yang selama ini lebih kondang cerita keramatnya. Padahal, sebagai seorang waliyullah, Syaikhona memiliki metodologi kaderisasi para santri yang khas, karya yang berjibun, dan teknik penempaan nasionalisme relijius. Itu semua dilakukan terhadap para santrinya, yang membentang bukan saja di Jawa dan Madura, melainkan juga di Tatar Sunda dan Bali. Lantas, seberapa penting memberi gelar pahlawan nasional ini kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Pantaskah? Layakkah? Setidaknya beberapa poin di bawah ini bisa menjawab pertanyaan di atas sekaligus dijadikan pertimbangan berbobot atas anugerah ini. Pertama, posisi Syaikhona Kholil Bangkalan dalam konfigurasi intelektual di Nusantara dan Haramain. Ketika belajar di Makkah, berguru kepada Syekh Utsman ad-Dimyati al-Makki, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan al-Makki, Syekh Abdul Hamid Asy-Syirwani, Syekh Mustafa Muhammad ‘Afifi, Syekh Abdul Ghani al-Bimawi al-Makki, Syekh Ahmad Khatib As-Sambasi, Syekh Nawawi al-Bantani, dan sebagainya. A Ginanjar Sya’ban, yang intens menelusuri jaringan murid Syaikhona Kholil di Tatar Sunda, menjelaskan apabila guru yang mempengaruhi keilmuannya adalah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (w. 1885). Syaikhona Kholil mengaji dalam beberapa tahun. Dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan pula Syaikhona Kholil belajar bahasa Arab, nahwu, ilmu qiraat, tafsir, hadits, ushul fikih dan fikih madzhab Syafi’i. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga memberikan Syaikhona Kholil kredensi (ijazah) umum atas jalur transmisi keilmuan (riwayah), juga memberikannya izin untuk mengajar. Demikian tulis filolog muda, A Ginanjar Sya’ban dalam salah satu artikelnya yang mengurai jejaring murid Syaikhona Kholil di Tatar Sunda. Bisa dibilang, Syaikhona Kholil menjadi mata rantai terpenting sanad ulama Nusantara, karena di Makkah berguru kepada ulama lintas geografis, lantas setelah pulang mendarmabaktikan ilmunya kepada masyarakat. Tak hanya itu, terdapat dua kepercayaan di kalangan santri pada akhir abad XVIII, bahwa sebelum berangkat ke Haramain untuk menuntut ilmu, mereka terlebih dulu harus ditempa di dua atau salah satu tempat: di Bangkalan, untuk dididik Syaikhona Kholil, dan di Semarang, agar dikokohkan keilmuannya oleh Syekh Sholeh Darat As-Samarani. Dua nama ini menjadi silsilah keilmuan terpenting di pengujung abad XIX dan di awal abad XX. Bahkan, demikian pentingnya posisi Syekh Soleh Darat, Kiai Abdullah bin Abdul Manan Dipomenggolo, ayahanda Syekh Mahfudz Attarmasi, yang sudah tinggal bersama anaknya di Makkah selama beberapa tahun, memilih ‘memulangkan’ Syekh Mahfudz yang masih berusia remaja ke Jawa, memondokkannya di pesantren yang diasuh oleh Syekh Sholeh Darat Assamarani beberapa tahun. Lantas mengembalikan Syekh Mahfudz remaja ke Makkah hingga menjadi ulama besar di kota suci ini. Kedua, Syaikhona Kholil menjadi titik tumpu jaringan keulamaan di wilayah Jawa, Madura, dan komunitas Sunda. Beliau menjadi titik pijak sanad intelektual, ruhaniah, dan perjuangan. Dikenal memang mutabakhir fil ulum, yang ditandai dari karyanya yang lintas disiplin keilmuan dan pengaruhnya di dalam jejaring para santrinya. Di antara muridnya yang menjadi pelanjut gugusan besar keilmuan Islam di Tanah Air, antara lain: Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari (Tebuireng-Jombang), KH A Wahab Chasbullah (Tambakberas-Jombang), KH As’ad Syamsul Arifin (Sukorejo-Situbondo), KH Bisri Syansuri (Denanyar-Jombang), KH Manaf Abdul Karim (Lirboyo-Kediri), KH Ma’shum Ahmad (Lasem-Rembang), KH Muhammad Siddiq (Jember), KH Ihsan bin Dahlan (Jampes-Kediri), KH Hasan Musthafa (Garut), KH Abdullah Sajjad (Guluk-guluk Sumenep), KH Zaini Abdul Mun’im (Paiton-Probolinggo), KH Nawawi Noerhasan (Sidogiri-Pasuruan), KH Abdul Hadi Zahid (Langitan-Tuban), KH Saleh (Lateng-Banyuwangi), KH Abdul Manan (Muncar-Banyuwangi), KH Yasin (Jekulo-Kudus), KH Abdul Hadi bin KH Ahmad Dahlan Tremas (Loloan Timur-Bali) dan sebagainya. Melihat jejak kebesaran Syaikhona Kholil, reputasi para muridnya yang kemudian memiliki santri lagi yang mendirikan pesantren, dan lantas berkembang dalam jejaring santri yang lebih luas, maka sangat logis jika menjuluki Syaikhona Kholil sebagai abul ma’ahid, alias ‘bapak pesantren’. Jika Ki Hadjar Dewantoro dengan jejak kependidikannya dijuluki sebagai ‘bapak pendidikan nasional’, maka sudah sewajarnya jika Syaikhona Kholil dijuluki ‘bapak pesantren’ sebab dalam dirinya bermuara tiga sanad: intelektual, ruhaniah, dan perjuangan. Ketiga, Syaikhona Kholil menjadi salah satu perajut terpenting aspek keilmuan di Jawa, Madura dan Sunda melalui karya-karyanya. Selama ini, dalam kurun hampir seratus tahun, tulisannya belum banyak terdeteksi, sehingga lebih banyak beredar folklore berkaitan dengan karamah. Di sini, ‘nasib’ Syaikhona Kholil mirip Syekh Abdul Qadir al-Jailani, yang melalui manaqib serta cerita tutur yang beredar, lebih tampak keramatnya dibandingkan dengan karya tulisnya. ‘Allamah-nya tertutupi dengan predikat waliyullah-nya. Padahal, reputasi keilmuannya juga moncer. Dalam webinar yang digelar oleh jatim.nu.or.id. pada 3 Maret 2021, Muhaimin menjelaskan apabila total ada 21 karya Syaikhona Kholil. Sebagian sudah diterbitkan, separuhnya lagi masih ditahqiq. Tentu, hal ini merupakan kabar gembira yang ditunggu-tunggu. Dalam catatan Lora Muhammad Ismail Al-Ascholy, cicit Syaikhona Kholil, di antara beberapa karya buyutnya yang sudah ditemukan kembali, antara lain: 1. Risalah Fi Fiqh al-Ibadat (13 Ramadlan 1308 H) 2. Risalah Isti’dad al-Maut (3 Dzulqa’dah 1309 H) 3. Taqrirat Alfiyah Ibni Malik (Dzulqa’dah 1311 H) 4. Taqrirat Mandzumat Nuzhatut Tullab fi Qawa’idil I’rab (1315 H) 5. Nadzam Jauharatul Iyan li Ahlil Irfan (1315 H) 6. Nadzam Maqsud fi As-Sarf (Jumat 5 Muharram 1316 H) 7. Risalah Khutbah (Jumat 19 Ramadlan 1323 H) 8. Matn Al-Ajurumiyyah (makna dan taqrir) 9. Al-Bina’ (makna) 10. Tasrif al-Izzi (makna dan taqrir) 11. Maulid Hubbi lis Sayyidina Muhammad (makna) 12. Maulid Barzanji (makna) 13. Al-Awamil (nahwu/makna) 14. Terjemah al-Qur’an al-Karim (makna Jawa) 15. al-Matn As-Syarif atau Fath al-Latif (1299 h. /1882 m.) Menurut Lora Ismail Ascholy, beberapa manuskrip ini berada pada murid Syaikhona Kholil dan mereka menjadikan kitab tersebut sebagai pusaka berharga. Karena setelah ditulis oleh Syaikhona Kholil, kitab tersebut dihadiahkan dan diberikan kepada murid-muridnya. Kitab-kitab yang sementara ini berhasil dikumpulkan oleh Lajnah Turats Ilmi Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, yang paling lawas tertulis 1308 h. yaitu ditulis dalam usia 56 tahun, karena Syaikhona Kholil lahir tahun 1252 h., wafat tahun 1343 H. Sedangkan yang paling baru tertulis: 1323 h. alias ketika sudah sangat sepuh, sekitar usia 71 tahun. Ini menunjukkan bahwa, bila dalam usia 56-71 saja beliau masih produktif menulis, lalu seproduktif apa ketika usianya di bawah 56? Luar Biasa! Hingga kini, di antara karya Syaikhona Kholil yang telah diterbitkan ulang adalah al-Matn As-Syarif, As-Silah fi Bayani an-Nikah, Taqrirat Nuzhat Tullab, Isti’dadul Maut, al-Bina’, Taqrirat Matn al-‘Izzi, dan Ratib Syaikhona Kholil. Sedangkan yang masih dalam proses penyalinan ulang adalah Taqrirat Alfiyah Ibni Malik. Bagi saya, yang luar biasa adalah ketika Tim Pengusul Gelar Pahlawan Nasional Bagi Syaikhona Kholil Bangkalan yang dipimpin Muhaimin menemukan coretan slogan hubbul wathan minal iman dalam salah satu manuskrip. Hal ini menunjukkan apabila sejak awal berkiprah di masyarakat, Syaikhona senantiasa menandaskan kecintaannya kepada Tanah Airnya. Belum lagi ketika tim peneliti menemukan korespondensi pemerintah Hindia Belanda kepada Syaikhona Kholil, dan di atas surat tersebut menuliskan doa agar Allah memotong kaki dan tangan Belanda yang telah menjajah Tanah Airnya. Kaderisasi calon ulama pembela Tanah Air ini juga dilakukan oleh Syaikhona Kholil manakala senantiasa menandaskan pesan agar para muridnya yang belajar ke Haramain. Kelak bisa kembali ke Tanah Airnya, mendidik masyarakat, serta menguatkan apa yang kita sebut saat ini sebagai’nasionalisme relijius’: kecintaan terhadap Tanah Air yang dilandasi dengan nilai-nilai keislaman. Tidak mengherankan jika di kemudian hari nyaris semua muridnya yang belajar di Makkah dan Madinah menuruti pesan gurunya untuk kembali ke kampung halaman, dan kelak semuanya terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Zainul Milal Bizawie, dalam Masterpiece Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring Ulama Santri (1830-1945), telah menyusun daftar para santri Syaikhona Kholil yang terlibat dalam jihad fi sabilillah dalam kurun waktu 1945-1949. Pola berjejaring semacam ini telah menunjukkan bahwa persemaian ideologis telah berlangsung selama bertahun-tahun di Bangkalan, lalu diunduh pada waktu yang tepat dengan motivasi jihad fi sabilillah. Tidak berlebihan jika disebut apabila Syaikhona Kholil menjadi bapak ideologis persemaian jihad membela kemerdekaan. Syaikhona menanam, lantas dipanen oleh anak-anak ideologisnya. Tidak mengherankan pula jika tiga muridnya telah bergelar pahlawan nasional: KH M Hasyim Asy’ari, KH A Wahab Chasbullah, dan KH As’ad Syamsul Arifin, atas kontribusinya di dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jika tiga muridnya saja bisa bergelar pahlawan nasional, lantas apa yang menyebabkan kita keberatan menyematkan sebutan mulia ini pada Syaikhona Kholil? Wallahu a’lam bisshawab Penulis adalah Rektor Inaifas, Kencong, Jermber. Makalah ini didiskusikan dalam sarasehan nasional bertajuk ‘Urgensi Pengusulan Syaikhona Mohammad Kholil sebagai Pahlawan Nasional’ yang digelar di Aula Gedung Sekolah Tinggi Islam (STAI) Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, Sabtu 27 Maret 2021).

Di Za͟m͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟, Ad͟a͟ Se͟p͟a͟s͟a͟n͟g͟ Su͟a͟m͟i͟ Is͟t͟r͟i͟ Ya͟n͟g͟ Hi͟d͟u͟p͟ De͟n͟g͟a͟n͟ Pe͟n͟u͟h͟ Ke͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ Na͟m͟u͟n͟ Me͟r͟e͟k͟a͟ Me͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟i͟n͟y͟a͟ De͟n͟g͟a͟n͟ Pe͟n͟u͟h͟ Ke͟s͟a͟b͟a͟r͟a͟n͟. S͟u͟a͟t͟u͟ Ke͟t͟i͟k͟a͟, Ta͟t͟k͟a͟l͟a͟ Me͟r͟e͟k͟a͟ Be͟r͟i͟s͟t͟i͟r͟a͟h͟a͟t͟, Sa͟n͟g͟ Is͟t͟r͟i͟ Be͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ Kep͟a͟d͟a͟ Su͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟: _"W͟a͟h͟a͟i͟ Su͟a͟m͟i͟k͟u͟, Bu͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ M͟u͟s͟a͟ Ad͟a͟l͟a͟h͟ Se͟o͟r͟a͟n͟g͟ N͟a͟b͟i͟ Ya͟n͟g͟ Bi͟s͟a͟ Be͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ De͟n͟g͟a͟n͟ T͟u͟h͟a͟n͟n͟y͟a͟ (A͟l͟l͟a͟h͟)..?"_ L͟a͟l͟u͟ Sa͟n͟g͟ Su͟a͟m͟i͟ Me͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟ : _"Y͟a͟, Be͟n͟a͟r͟."_ S͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ l͟a͟g͟i͟: _"K͟e͟n͟a͟p͟a͟ k͟i͟t͟a͟ t͟i͟d͟a͟k͟ p͟e͟r͟g͟i͟ s͟a͟j͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟-n͟y͟a͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟d͟i͟s͟i͟ k͟i͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ p͟e͟n͟u͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟m͟i͟n͟t͟a͟n͟y͟a͟ a͟g͟a͟r͟ i͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ R͟a͟b͟b͟-n͟y͟a͟, a͟g͟a͟r͟ D͟i͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟n͟u͟g͟e͟r͟a͟h͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟i͟t͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ ?"_ A͟k͟h͟i͟r͟n͟y͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟n͟y͟a͟ i͟t͟u͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟. L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟m͟u͟n͟a͟j͟a͟t͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ k͟e͟l͟u͟a͟r͟g͟a͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟. A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ M͟u͟s͟a͟: _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, k͟a͟t͟a͟k͟a͟n͟l͟a͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, a͟k͟u͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ a͟k͟u͟ b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, d͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, a͟k͟a͟n͟ a͟k͟u͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟."*_ L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟ t͟e͟l͟a͟h͟ M͟e͟n͟g͟a͟b͟u͟l͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟m͟o͟h͟o͟n͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟y͟a͟r͟a͟t͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ l͟a͟m͟a͟n͟y͟a͟. M͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟e͟r͟i͟m͟a͟ k͟a͟b͟a͟r͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟b͟a͟h͟a͟g͟i͟a͟a͟n͟ d͟a͟n͟ k͟e͟g͟e͟m͟b͟i͟r͟a͟a͟n͟. B͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ h͟a͟r͟i͟ k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ d͟a͟t͟a͟n͟g͟l͟a͟h͟ r͟i͟z͟q͟i͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟ j͟a͟l͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ t͟a͟k͟ d͟i͟k͟e͟t͟a͟h͟u͟i͟ d͟a͟r͟i͟m͟a͟n͟a͟ a͟r͟a͟h͟n͟y͟a͟. D͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟p͟u͟n͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ t͟e͟r͟k͟a͟y͟a͟ p͟a͟d͟a͟ s͟a͟a͟t͟ i͟t͟u͟. K͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟u͟b͟a͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟. L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟: _"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, s͟e͟l͟a͟m͟a͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ i͟n͟i͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ m͟a͟k͟a͟n͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟n͟t͟u͟n͟i͟ a͟n͟a͟k͟-a͟n͟a͟k͟ y͟a͟t͟i͟m͟ m͟u͟m͟p͟u͟n͟g͟ k͟i͟t͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ p͟u͟n͟y͟a͟ k͟e͟s͟e͟m͟p͟a͟t͟a͟n͟, k͟a͟r͟e͟n͟a͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟."_ S͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟: _"B͟a͟i͟k͟l͟a͟h͟, k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟n͟g͟g͟u͟n͟a͟k͟a͟n͟ h͟a͟r͟t͟a͟ i͟n͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟n͟y͟a͟."_ K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟, d͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟g͟u͟n͟ t͟e͟m͟p͟a͟t͟-t͟e͟m͟p͟a͟t͟ s͟i͟n͟g͟g͟a͟h͟ p͟a͟r͟a͟ M͟u͟s͟a͟f͟i͟r͟, s͟e͟r͟t͟a͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟ g͟r͟a͟t͟i͟s͟ b͟a͟g͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟. S͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ b͟e͟r͟l͟a͟l͟u͟, m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ t͟e͟t͟a͟p͟ s͟i͟b͟u͟k͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟a͟n͟ s͟a͟m͟p͟a͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ s͟u͟d͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ k͟a͟y͟a͟ d͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟. N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ p͟u͟n͟ h͟e͟r͟a͟n͟ m͟e͟l͟i͟h͟a͟t͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ y͟a͟n͟g͟ t͟e͟t͟a͟p͟ k͟a͟y͟a͟. K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟p͟d͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ : _"Y͟a͟ R͟a͟b͟b͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ b͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ s͟a͟j͟a͟, k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ i͟t͟u͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟a͟d͟a͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ s͟e͟p͟e͟r͟t͟i͟ s͟e͟m͟u͟l͟a͟?"_ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟: _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ s͟a͟t͟u͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟q͟i͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ b͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟k͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ h͟a͟m͟b͟a͟-h͟a͟m͟b͟a͟ K͟u͟."*_ _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, m͟a͟k͟a͟ A͟k͟u͟ t͟i͟t͟i͟p͟k͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ l͟a͟m͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟."*_ _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ Sa͟n͟g͟a͟t͟ Ma͟l͟u͟ Ji͟k͟a͟l͟a͟u͟ Ada͟ Ha͟m͟b͟a͟-K͟u͟ Ya͟n͟g͟ Le͟b͟i͟h͟ Mu͟l͟i͟a͟ Da͟n͟ Le͟b͟i͟h͟ Pe͟m͟u͟r͟a͟h͟ Da͟r͟i͟p͟a͟d͟a͟ A͟k͟u͟."*_ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ Me͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟: سبحانك اللهم ماأعظم شأنك وأرفع مكانك _"M͟a͟h͟a͟ S͟u͟c͟i͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ Y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟, Be͟t͟a͟p͟a͟ M͟a͟h͟a͟ M͟u͟l͟i͟a͟ Uru͟s͟a͟n͟-M͟u͟ Dan͟ M͟a͟h͟a͟ T͟i͟n͟g͟g͟i͟ Ked͟u͟d͟u͟k͟a͟n͟-M͟u͟."_ *HIDUP BUKANLAH BAGAIMANA MENJADI YG TERBAIK TETAPI BAGAIMANA KITA BANYAK BERBUAT BAIK*

Rasulullah Saw. duduk bersama para sahabatNya dan tiba-tiba tersenyum. "Apa yang membuat anda tersenyum yaa rasulullah ?" "Kenapa tiba-tiba tersenyum begitu , kenapa ??" ( Sahabat penasaran ) "Aku melihat tuhanku bersama dengan dua hambanya yang bertengkar" Salah satunya mengadu : "Wahai tuhanku ,orang ini telah mendzalimiku Maka aku menuntut, mohon ambilkan hakku darinya" "Lantas Dengan apa ?" "Gimana untuk memenuhi Hakmu ?" "Beri aku amal baiknya sebagai ganti , Sesuai perlakuan buruknya padaku" "Dia tidak punya amal baik Sama sekali" "Ambil saja amal buruknya kalau kau mau!" "Apakah aku rela memberikan amal buruknya kepadamu" "Wahai tuhanku ,jika begitu bagaimana aku Menentukannya ?" "Coba lihat arah kananmu !" Maka laki-laki ini melihat ke kananNya, Mendapati istana-istana mewah, taman-taman surga dll. "Untuk siapakah ini wahai tuhanku ?" "Yaa untuk orang yang bisa menebusnya !" "Apa Syaratnya Wahai tuhanku , ini indah sekali" "Syaratnya , jika kamu bersedia menggandeng saudaramu Sama-sama ke surga" *Maka inilah yang membuatku takjub kepada allah Swt. Karena mendamaikan Dua hambanya.* ♥ __Syaikh Mutawalli Asy Sya'Rawi__ ***اللهم صل على سيدنا محمد***

┈┈••••❁✵🕌✵❁••••┈┈ 📖*𝑫𝒂𝒌𝒘𝒂𝒉 𝑵𝑼 : 𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 - 𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐀𝐍𝐆𝐊𝐑𝐔𝐓 𝐌𝐄𝐍𝐔𝐑𝐔𝐓 𝐑𝐀𝐒𝐔𝐋𝐔𝐋𝐋𝐀𝐇 𝐒𝐀𝐖 ☪️Pada suatu kesempatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu yang disebut orang bangkrut. 📖Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan 👇Dari 👳Abu Hurairah radliyallahu ‘anh sebagai berikut: أَنَّ رَسُوْلَ الِلّٰهِ صلى اللّٰه عليه وسلم قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ ☪️Sesungguhnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bertanya: ✒️“Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?” قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ 👳Mereka (para sahabat) menjawab: ✒️“Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai harta benda.” 👐Jawaban seperti itu ternyata bukan sebagaimana yang dimaksudkan Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. ☪️Beliau tidak bertanya tentang ekonomi. ☪️Beliau ingin mengajak para sahabat mengetahui bahwa kebangkrutan bisa terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang agama. 🧮Jadi di dalam agama juga ada perhitungan matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan di antara sesama manusia. ⚖️Hal ini terjadi pada saat semua manusia berada di Padang Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau neraka. 🧮Dengan perhitungan seperti itu, dapat diketahui apakah seseorang akan termasuk orang beruntung atau justru orang bangkrut di akherat kelak. ☪️Adapun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut: فَقَالَ “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ” ☪️Nabi menjelaskan: ✒️“Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. ✒️Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. ✒️Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. ✒️Apabila amal baik mereka telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; ✒️Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.” 🕋Jadi setiap orang dari umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang mereka lakukan semasa hidupnya seperti shalat, puasa, dan zakat. ✍️Namun pahala-pahala yang didapat dari ibadah-ibadah wajib itu akan dikonfrontir dengan dosa-dosa sosialnya akibat berbuat zalim kepada sesama manusia seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain seperti mencuri atau korupsi, membunuh secara tidak sah, melukai atau menyakiti orang lain baik secara fisik maupun non-fisik, dan sebagainya. ✅Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat kezaliman tidak sebanding dengan kesalehan-kekesalehan yang dilakukannya karena banyaknya orang yang dizalimi atau tingginya tingkat kezaliman kepada orang tertentu, maka dosa-dosa dari orang-orang yang dizalimi akan diberikan kepada orang yang menzalimi hingga mencapai titik impas. ✅Apabila titik impas tidak tercapai, maka Allah subhanahu wata'ala akan melemparkan orang yang menzalimi itu ke neraka. ✅Orang seperti inilah yang disebut orang bangkrut dalam agama sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas. 👺Kezaliman manusia terhadap manusia lainnya pada dasarnya merupakan urusan manusia karena termasuk wilayah muamalah. ✍️Namun demikian, ☪️Allah tidak membiarkannya hingga pihak yang melakukan kezaliman menyelesaikan masalahnya, 👇Misalnya 🤝Dengan konpensasi tertentu dan/atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi semasa hidupnya. ✍️Apabila hal ini tidak dilakukan hingga masing-masing meninggal dunia, ☪️Maka Allah akan memperhitungkannya di akherat kelak. 👺Jadi melakukan kezaliman terhadap sesama manusia bukanlah persoalan sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat. ☪️Allah memang memperhatikan dan memperhitungkan setiap kezaliman seperti itu 📖Sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan 👇Dari 👳Anas bin Malik radliyallahu ‘anh sebagai berikut: وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ اللّٰه فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا حَتَّى يُدَبِّرُ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ ✒️“Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya.” ⚠️Oleh karena itu siapa pun hendaknya bersikap hati-hati kepada orang lain dengan menjaga lisan, tangan dan anggota badan lainnya agar terhindar dari dosa-dosa sosial akibat berbuat kezaliman kepada mereka. 👳Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad 📚Dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal.100), 👇Juga menjelaskan ✅Bahwa di antara hal-hal yang amat diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat adalah perbuatan zalim manusia terhadap manusia lainnya sebagaimana kutipan berikut ini: وَاعْلَمْ أَنَّ مِنْ أَشَدِّ الْأَشْيَاءِ وَأَشَقِّهَا فِيْ مَوْقِفِ اْلقِيَامَةِ: ظُلْمُ اْلعِبَادِ، فَإِنَّهُ اَلظُّلْمُ الَّذِيْ لَا يَتْرُكُهُ اللّٰهُ ✒️“Ketahuilah bahwa di antara hal-hal berat dan sangat diperhitungkan pada hari kiamat adalah perbuatan zalim terhadap sesama manusia sebab hal ini merupakan kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah.” 🤗Oleh karena itu apabila kita benar-benar sayang pada diri sendiri, maka hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah kebangkrutan amal adalah menjaga agar pahala dari ibadah-ibadah yang kita lakukan tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kezaliman-kezaliman kita kepada orang lain. 🤗Jadi memang pahala-pahala dari berbagai ibadah saja seperti shalat, puasa, haji dan bahkan zakat sekalipun belum cukup menjadi bekal kita di akherat hingga ada kepastian bahwa orang-orang lain selamat dari lisan dan tangan kita melakukan kezaliman-kezaliman kepada mereka. 🤲Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mampu menjaga lisan, tangan dan anggota tubuh lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menzalimi sesama manusia seperti: 👐Menyakiti hati orang lain, 👐Mencaci maki, 👐Memfitnah dan menuduh tanpa bukti, 👐Mengambil hak orang lain seperti mencuri dan korupsi, 👐Membunuh secara tidak sah, menyakiti secara fisik, dan sebagainya. ✍️Dengan cara ini semoga kita semua selamat dari predikat orang-orang bangkrut di akherat. Aamiin… Aamiin ya rabbal ‘alamiin. ┈┈••••❁✵🕌✵❁••••┈┈ ✍️Semoga bermanfaat…. Silahkan di share tanpa merubah konten. 🙏Salam santun.

HIKMAH PERGAULAN :​ Siapa saja yang SERING DUDUK (BERKUMPUL BERTEMAN BERSAHABAT) bersama 8 kelompok manusia, Maka Allah akan memberinya 8 perkara : ١. من جلس مع الأغنياء زاده الله حب الدنيا والرغبة فيها 1. Barangsiapa yang sering duduk bersama ​orang-orang kaya​, Allah akan menambahkan kepadanya ​cinta dunia​ dan semangat untuk mendapatkan dunia. *٢. ومن جلس مع الفقراء زاده الله الشكر والرضا بقسمة الله تعالى* 2. Barangsiapa yang sering duduk bersama ​orang-orang miskin​, Allah akan menambahkan kepadanya ​perasaan syukur & ridha​ atas bembagian Allah. ٣. ومن جلس مع السلطان زاده الله الكبر وقساوة القلب* 3. Barangsiapa yang sering duduk dengan para ​pemimpin/raja (Pejabat)​, Allah akan menambahkan kepadanya perasaan ​sombong dan keras hati.​ ٤. ومن جلس مع النساء زاده الله الجهل والشهوة 4. Barangsiapa yang sering duduk dengan ​perempuan,​ Allah akan menambahkan kepadanya ​kebodohan dan syahwat.​ ٥. ومن جلس مع الصبيان زاده الله اللهو والمزاح 5. Barangsiapa yang sering duduk dengan ​anak muda/anak-anak kecil​, Allah akan menambahkan kepadanya ​lalai dan senda gurau.​ ٦. ومن جلس مع الفساق زاده الله الجرأة على الذنوب والمعاصي والإقدام عليها، والتسويف في التوبة 6. Barangsiapa yg sering duduk dengan ​orang-orang fasik (gemar bermaksiat),​ Allah akan menambahkan kepadanya ​keberanian berbuat dosa dan kemaksiatan, serta semangat untuk berbuat maksiat, kemudian menunda-nunda akan taubat.​ ٧. ومن جلس مع الصالحين زاده الله الرغبة في الطاعات* 7. Barangsiapa yang sering duduk dengan ​orang-orang yang sholeh,​ Allah akan menambahkan kepadanya ​kegemaran dalam amalan-amalan ketaatan.​ ٨. ومن جلس مع العلماء زاده العلم والورع 8. Barangsiapa yang sering duduk dengan ​para ulama',​ Allah akan menambahkan kepadanya ​ilmu dan sikap sangat berhati-hati dalam mengambil harta dunia (Al Imam Al Ghazali dalam Tanbiihul Ghaafilin)​ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

*_🌺🕊️ADAB TERHADAP HEWAN SEMBELIHAN_* بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ```Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,``` إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ ```"Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat yang terbaik dalam segala sesuatu, maka apabila kamu membunuh, bunuhlah dengan cara yang terbaik, apabila kamu menyembelih, sembelihlah dengan cara yang terbaik, hendaklah setiap kalian menajamkan pisaunya dan membuat nyaman hewan sembelihannya." [HR. Muslim dari Syaddad bin Aus radhiyallahu'anhu] Sahabat yang Mulia Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,``` مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَجُلٍ وَاضِعٍ رِجْلَهُ عَلَى صَفْحَةِ شَاةٍ، وَهُوَ يَحُدُّ شَفْرَتَهُ، وَهِيَ تَلْحَظُ إِلَيْهِ بِبَصرِها، قَالَ:أَفَلا قَبْلَ هَذَا، أَوَ تُرِيدُ أَنْ تُمِيتَهَا مَوْتَتَينِ ```“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melewati seseorang yang meletakkan kakinya di atas badan samping seekor kambing sambil menajamkan pisaunya, sedang kambing itu melihat ke arah pisau, maka beliau bersabda: Mengapakah engkau tidak menajamkan pisau sebelum melakukan ini, apakah engkau ingin mematikannya dua kali?!” ``` *[HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath, Ash-Shahihah: 24, Shahihut Targhib: 1090]* ```Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,``` ويستحب أن لا يحد السكين بحضرة الذبيحة وأن لا يذبح واحدة بحضرة أخرى ولا يجرها إلى مذبحها ```“Dan dianjurkan untuk tidak menajamkan pisau di hadapan hewan sembelihan, tidak boleh pula menyembelih seekor hewan di depan yang lainnya, dan tidak boleh menyeretnya ke tempat pemyembelihannya di depan yang lainnya.”``` *[Syarhu Muslim 13/113]* BEBERAPA PELAJARAN: ```1. Kewajiban berbuat baik kepada hewan sembelihan dan membuatnya nyaman sebelum disembelih. 2. Tidak boleh menajamkan pisau di hadapan hewan sembelihan. 3. Tidak boleh menyembelih atau menyeret seekor hewan ke tempat penyembelihan dan disaksikan oleh hewan yang lain. 4. Sifat kasih sayang Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang sangat besar, demikianlah yang harus diteladani oleh umat beliau. 5. Keistimewaan dan kesempurnaan ajaran Islam serta ketinggian dan keluhuran akhlak yang dianjurkan dalam Islam.``` وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ ```“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” ``` *[HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu]* *_Semoga bermanfaat_*

🌹‏اللهم صل على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم *Nasihat untuk orang yang bermedia social* ﻳَﺎ ﺩَﺍﺧِﻞَ ﺍﻟﻨﺖِ ﺧُﺬ ﺧﻤساً ﻣﻦ ﺍلدُﺭرِ ﺗﺤﻤﻴﻚ ﺗﻨﺠﻴﻚ ﻣﻦ ﺩﻭﺍﻣﺔ ﺍلخطرِ _*Wahai orang yang bermedia social, dengarkanlah 5 mutiara kata ini yang dapat melindungimu dan* *menyelamatkanmu daripada bahaya yang berpanjangan* ﺭﺍﻗــﺐ ﺇﻟﻬﻚ ﻻ ﺗﻬﺘﻚ ﻣﺤــﺎﺭمَــﻪ *(1) Ingatlah bahawa dirimu diawasi oleh Allah, jangan melakukan perkara yang haram,* واحفظ قُلیمك واحفظ نعمۃ البصرِ *(2) jagalah pena kecilmu (penulisan) dan jagalah nikmat penglihatan* ﺧَـــﻞِّ ﺍﻟﻔﻀــﻮﻝ وﻻ ﺗﺒﺮﺡ ﻣﻮﺍﻃﻨﻪ ﺇنَّ ﺍﻟـﻔﻀـﻮﻝ ﺑﺮﻳـﺪُ ﺍﻟـﻀﺮّ ﻭ ﺍﻟـﻀﺮرِ *(3) Tinggalkanlah rasa ingin tahu, sesungguhnya rasa ingin tahu itu membawa kepada mudharat bagi diri sendiri dan orang lain* ﻭاﺣﺬﺭ ﺗُﺼَﺎﺩِﻕ ﻣﻦ ﺗﺸﻘﻰ بصفحَته ﻻ ﺗـﻔـﻌــلنَّ ﻭﻫـﺬﻱ ﺭﺍﺑــﻊ ﺍﻟــﺪﺭرِ *(4) Berjaga-jagalah dari mempercayai orang yang laman socialnya membawa kepada kecelakaan, jangan Melakukannya dan ini adalah perkara yang ke-4* ﺃﻣـﺎ ﺍﻟـحَــﻮﺍﺩﺙ ﻭﺍﻷﺧﺒﺎﺭ فاحذَﺭﻫـﺎ ﻻ ﺗﻨﺸـﺮنَّ ﺳـﻮﻯ ﻣﺎ ﺣـقَّ ﻣﻦ ﺧﺒﺮ *(5) Adapun peristiwa (viral) dan berita-berita juga kamu harus berjaga-jaga darinya, jangan sebarkan apa pun berita kecuali ianya benar-benar terjadi* ﺧﻤﺲٌ ﻣﻦ ﺍلدُﺭِّ ﻗﺪ جَاﺀﺕ ﻋﻠﻰ عجَل ﻓﺎﻋﻤﻞ ﺑﺬﻟﻚ ﺗﺠﻨـــﻲ طيّب ﺍلثمرِ *Inilah 5 mutiara kata yang datang dari ketergesa-gesaan. Maka lakukanlah 5 mutiara kata tersebut nescaya kamu akan menghasilkan hasil yang bagus.* 🎋🌹. .

🔳ADA APA DI HARI TASYRIQ.. Secara etimologi, istilah hari Tasyriq berasal dari literatur Arab “Syaraqa” yang berarti terbit. Namu secara istilah, hari Tasyriq adalah tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah. Dalam kajian historis, ada dua pendapat yang menjadi asal usul serta  alasan penamaan hari-hari tersebut dengan nama hari Tasyriq. Pertama, dinamakan hari Tasyriq karena umat Islam pada hari itu mengawetkan daging kurban dengan cara menjemur untuk dijadikan dendeng. Tentunya, hal ini erat kaitannya dengan peristiwa sejarah dan corak kehidupan sosial masyarakat Islam pada zaman itu. Kedua, karena ibadah kurban tidak dilakukan kecuali setelah terbitnya matahari.[1] Dalam ranah Islam, hari Tasyriq merupakan bagian dari rangkaian hari raya Idul Adha. Di dalamnya pun terdapat berbagai keutamaan, hukum, serta amaliyah yang berbeda dengan hari-hari besar yang lain. Diantaranya: Keutamaan Hari Tasyriq Allah Swt berfirman dalam Alqur’an: وَاذْكُرُ اللهَ فِيْ أَيَّامٍ مَعْدُوْدَاتٍ “Dan ingatlah kepada Allah dalam beberapa hari yang ditentukan,” (QS. Al-Baqarah:203). Menurut sahabat Ibnu Umar Ra dan pendapat mayoritas ulama, yang dimaksud redaksi “hari-hari yang ditentukan” adalah tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yaitu hari Tasyriq. Sementara menurut sahabat Ibnu Abbas Ra dan Atha’ Ra, yang dimaksud “hari-hari yang ditentukan” itu berjumlah empat hari, yang mencakup hari raya Idul Adha dan tiga hari setelahnya.[2] Dari ayat tersebut, secara inplisist Allah swt memberikan keutamaan kepada hari Tasyriq dengan menjadikannya sebagai waktu yang istimewa untuk berdzikir mengingatNya. Sehingga sudah sepatutnya Allah swt memerintahkan kepada umat Islam untuk memperbanyak melakukan dzikir di hari-hari tersebut. Dan salah satu implementasi nyata dari dzikir adalah kesunnahan membaca Takbir Muqayyad[3] ketika selesai salat, mulai salat Subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai salat Ashar di hari Tasyriq terakhir (13 Dzulhijjah). Dilarang Berpuasa di Hari Tasyriq Pendapat paling shahih di kalangan ulama Madzhab Syafi’i mengatakan bahwa hukum berpuasa di hari Tasyriq adalah haram.[4] Salah satu dalil yang menjadi landasan hukum tersebut adalah sabda Rasulullah Saw: أَيَّامُ التَّشْرِيْكِ أّيَّامُ أّكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللهِ “Hari tasyriq adalah hari makan dan minum, dan mengingat Allah.” (HR. Muslim).[5] Allah Swt mensyariatkan terhadap umat Islam untuk menjadikan hari Tasyriq sebagai hari makan dan minum karena hari-hari tersebut masih satu rangkaian dengan hari raya Idul Adha. Namun bukan berarti hal tersebut memberi pemahaman untuk melegalkan bentuk perayaan dengan euforia dan jamuan. Akan tetapi, perayaan hari Tasyriq sebagai hari makan dan minum memiliki pesan tersirat sebagai upaya syariat dalam membantu mereka untuk semakin giat dalam beribadah mengingat Allah Swt. Karena bentuk syukur paling sempurna atas nikmat yang diberikan adalah dengan semakin giat melakukan ibadah. Memperbanyak Doa di Hari Tasyriq Sudah diketahui, hari Tasyriq merupakan momentum istimewa untuk berdzikir. Dalam berdzikir, ada kaitan yang sangat erat dengan doa. Karena bagaimanapun, doa merupakan salah satu bentuk mengingat dan upaya pendekatan seorang hamba kepada Tuhannya. Maka dari itu, para ulama salaf sangat menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak doa selama hari Tasyriq. Ziyad Al-Jasshas meriwayatkan dari Abu Kinanah Al-Qurasyi bahwa beliau pernah mendengar salah sahabat Rasulullah Saw, yakni Abu Musa Al-‘Asyari berkata dalam khutbahnya ketika salat Idul Adha, “Setelah hari raya ada tiga hari, dimana Allah menyebutnya dengan istilah ‘hari-hari yang ditentukan’. Dan doa pada hari-hari itu tidak akan ditolak. Dengan demikian, perbesarlah harapan kalian”.[6] Wallahu a’lam. Himasal ___________________ ◼️Lisan Al-‘Arab, juz 10 hal 173. ◼️Lathaif Al-Ma’arif, hal 314. Karya Ibnu Rajab Al-hambali. ◼️Takbir Muqayyad secara bacaan sama persis dengan bacaan Takbir Mursal yang dibaca pada malam hari raya. Dinamakan Muqayyad karena masih terikat dengan waktu, yakni setiap selesai shalat selama 5 hari terhitung sejak hari Arafah sampai hari Tasyriq terakhir (9-13 Dzulhijjah). Lihat dalam Al-Hawi Al-Kabir, juz 2 hal 498. ◼️Kifayah Al-Akhyar, juz 1 hal 209. ◼️Shahih Muslim, juz 2 hal 800. ◼️Lathaif Al-Ma’arif, hal 506.

*Menjemput Nafahat (limpahan Rahmat) di hari Arofah* عن عبدالله بن عمر مرفوعا عن النبي ﷺ أنه قال : مَن قَرَأ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} عَشِيَّةَ عَرَفةَ ألفَ مَرَّةٍ، أعطاه اللهُ عزَّ وجلَّ ما سأل. ( رواه أبو الشيخ ) تحفة الأحوذي بشرح سنن الترمذي _Diriwayatkan dari Abdulloh bin Umar haditsnya marfu' dari nabi ﷺ sesungguhnya beliau bersabda :_ _" barang siapa membaca {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} pada waktu sore hari arofah (1000x), *maka Alloh 'azza wa jalla akan memberinya apa yang ia minta"*_ Ini merupakan salah satu dari sekian banyak Rahmat dan kasih sayang Alloh kepada hambanya dengan memberikan kesempatan besar untuk mendapatkan anugerah dari Alloh.. sebagaimana juga telah disampaikan oleh Rosulloh ﷺ إنَّ لربِّكم في أيامِ دهرِكم نَفَحاتٍ، فتَعَرَّضوا له، لعله أن يصيبَكم نَفْحَةٌ منها فلا تَشْقَوْنَ بعدها أبدًا. (رواه الطبراني) _Sesungguhnya Tuhan kalian (Alloh) memiliki didalam hari-hari setahun kalian ada nafahat-nafahat, maka kalian sambut nafahat itu, barangkali akan mengenai kalian satu nafahat darinya maka kalian tidak akan celaka setelahnya selamanya._ *Amalan hari arofah* 1. Puasa arofah 2. Ta'rif (mengarofahkan diri) 3. Membaca surat Al Ikhlas (1000x) dengan niat : - untuk ummat Islam supaya dijaga dari fitnah dan bencana/bala'/wabah - untuk comunitas/pondok masing2 - untuk keluarga dan pribadi masing2 نفعنا الله وإياكم Semoga bermanfaat والله يتولى الجميع برعايته

 

AMALAN ANTI KANTONG KERING Dalam suatu kesempatan KH. Kholil Bisri (kakak kandung KH. Musthofa Bisri (Gus Mus)) memberikan ijazah 'aam kepada para santri muda berupa "vitamin" anti Kanker. Ijazah ini beliau dapatkan langsung dari ibunda beliau sendiri, Nyai Ma'rufah. Kanker yang dimaksud bukanlah penyakit yang sudah kita mafhum selama ini, melainkan KANtong KERing. Kaifiyatnya sederhana: 1. Sholat sunnah Dhuha (terserah mau minimalis 2 rakaar atau maksimalis 8 rakaat); 2. Baca doa shalat dhuha sebagaimana biasanya. 3. Wirid surat Al Kautsar yang pendek itu (cuma) 14 kali. 4. Selesai. Kata beliau, yang mengamalkan ini insya Allah, tidak akan punya KanKer, dan selalu dicukupi Allah kebutuhannya. Tentu saja, insya Allah. Saya bagikan kembali ijazah ini karena beliau dulu mempersilahkan pula untuk diamalkan oleh masyarakat umum. - Semoga bermanfaat. .Qobiltu

Kriteria Hewan dan Waktu Pelaksanaan Qurban A. Kriteria Hewan Qurban Para ulama sepakat bahwa semua hewan ternak boleh dijadikan untuk qurban. Agar ibadah qurbannya sah menurut syariat, seorang yang hendak berqurban harus memperhatikan kriteria-kriteria dari hewan yang akan disembelihnya. Menurut Musthafa Dib al-Bigha: 1978:241, kriteria-kriteria tersebut diklasifisikasikan sesuai dengan usia dan jenis hewan qurban, yaitu: Domba (dha’n) harus mencapai minimal usia satu tahun lebih, atau sudah berganti giginya (al-jadza’). Kambing kacang (ma’z) harus mencapai usia minimal dua tahun lebih. Sapi dan kerbau harus mencapai usia minimal dua tahun lebih. Unta harus mencapai usia lima tahun atau lebih. Adapun ketentuan berqurban, apabila seekor kambing atau domba diperuntukkan untuk satu orang, sedangkan unta, sapi dan kerbau diperuntukkan untuk berqurban tujuh orang. Dalam memilih hewan qurban, hendaklah memilih hewan yang paling baik, yang demikian merupakan perbuatan sunnah, seperti halnya yang disuratkan dalam QS. Al-Hajj: 32 yang berbunyi:” … dan Barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.” Selain kriteria di atas, hewan-hewan tersebut harus dalam kondisi sehat dan tidak cacat. Sedangkan ada empat macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan qurban menurut Hadits Hasan Shahih, riwayat al-Tirmidzi: 1417 dan Abu Dawud: 2420 adalah: Yang (matanya) jelas-jelas buta (picek) Yang (fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit Yang (kakinya) jelas-jelas pincang Yang (badannya) kurus lagi tak berlemak Akan tetapi, ada beberapa cacat hewan yang tidak menghalangi sahnya ibadah qurban, yaitu; Hewan yang dikebiri dan hewan yang pecah tanduknya. Adapun cacat hewan yang putus telinga atau ekornya, tetap tidak sah untuk dijadikan qurban. (Dr. Musthafa, Dib al-Bigha: 1978:243). Hal ini dikarenakan cacat yang pertama tidak mengakibatkan dagingnya berkurang (cacat bathin), sedangkan cacat yang kedua mengakibatkan dagingnya berkurang (cacat fisik). B. Waktu Pelaksanaan Qurban Waktu menyembelih qurban dimulai setelah matahari setinggi tombak atau seusai shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah) sampai terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Sedangkan distribusi (pembagian) daging qurban dibagi menjadi tiga bagian dan tidak mesti harus sama rata. Ketiga bagian itu, (1) untuk fakir miskin, (2) untuk dihadiahkan, dan (3) untuk dirinya sendiri dan keluarga secukupnya. Dengan catatan, porsi untuk dihadiahkan dan untuk dikonsumsi sendiri tidak lebih dari sepertiga daging qurban. Meskipun demikian memperbanyak pemberian kepada fakir miskin lebih utama. (Dhib al-Bigha:1978:245). KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Sumber: NU Online

*Ngaji Matn Aby Syuja' (Matn al Ghoyah wa at Taqrib) Udlhiyyah 6-Terakhir* قال المؤلف رحمه الله ولا يأكل المضحى شيئاً من الأضحية المنذورة ويأكل من الأضحية المتطوِع بها ولا يبيعُ من الأضحية ويطعم الفقراء والمساكين "Orang yang berqurban tidak boleh memakan sedikitpun dari hewan qurban yang dinadzarkan, dan boleh memakan dari hewan qurban yang disunnahkan, tidak boleh menjual bagian dari hewan qurban dan memberikan makan pada orang-orang fakir dan miskin". *Penjelasan* 💖 Selanjutnya al Muallif menjelaskan tentang distribusi daging qurban. 1️⃣ Apabila hewan qurbannya dinadzarkan maka haram bagi orang yang berqurban dan orang yang wajib dia beri nafkah untuk memakan dagingnya, meski hanya sedikit. 2️⃣ Untuk qurban sunnah, diperbolehkan bagi orang yang berqurban untuk memakannya. 👉 Bahkan disunnahkan untuk memakan sebagian dari daging qurban tersebut untuk mengikuti sunnah Nabi. 💖 Diharamkan bagi seseorang menjual sesuatu dari hewan qurbannya, baik qurban yang dinadzarkan ataupun tidak dinadzarkan. 👉 Termasuk yang tidak boleh dijual adalah kulitnya. 👉 Boleh bagi orang yang berqurban memanfaatkan kulit hewan qurban yang tidak dinadzarkan. Namun yang lebih utama dia menshodaqohkannya dan tidak boleh menjualnya. 👉 Tidak boleh memberikannya sebagai upah orang yang menyembelihnya, karena Nabi melarang para sahabat untuk memberi sesuatu dari qurbannya sebagai upah pada orang yang menyembelih. 👉 Upah orang yang menyembelih diambil dari orang yang berqurban. 👉 Daging qurban disyaratkan dalam pembagiannya berupa daging yang masih mentah, berbeda dengan ‘Aqiqah. 👉 Jika qurban adalah qurban sunnah (tathawwu’), maka daging qurban dapat di bagi tiga bagian yaitu: 1⃣ 1/3 dari daging qurban tersebut adalah untuk orang yang berqurban, namun yang lebih utama bagi orang yang berqurban adalah mensedekahkan semuanya kecuali beberapa suap untuk ber-tabarruk dengan daging qurban. 2⃣1/3 dari daging qurban untuk dihadiahkan kepada kaum muslimin yang kaya dalam bentuk ith’am (pemberian makan) bukan tamlik (memberikan hak kepemilikan) 👉 Sehingga bagi si kaya tersebut tidak diperbolehkan untuk menjual atau menghibahkannya. Berbeda dengan faqir miskin, yang pemberiannya berbentuk tamlik sehingga boleh baginya menjual atau yang lainnya. 3⃣1/3 dari daging qurban disimpan dan di sedekahkan kepada fuqara` dan masakin dari kaum muslimin. 👉 Pembagian daging qurban sunnah terdapat tiga cara yang utama dengan urutan seperti berikut: 1⃣Lebih utama orang yang berqurban mengambil sesuap untuk dimakan, dan seluruh sisa dagingnya disedekahkan. 2⃣ Orang yang berqurban mengambil satu pertiga daripada jumlah daging, satu pertiga lagi disedekahkan kepada fakir miskin dan satu pertiga lagi dihadiahkan kepada orang yang mampu. 👉 Apabila daging dimasak dan dipanggilkan orang-orang faqir maka itu tidak mencukupi. 👉 Apabila orang fakir diberi selain daging misalnya diberi kulit, sama sekali tidak diberi daging maka itu tidak mencukupi. 👉 Orang fakir yang bisa menerima daging qurban adalah orang fakir yang muslim. 👉 Tidak boleh seseorang berqurban untuk orang lain tanpa dengan izin orang lain tersebut. والله اعلم بالصواب

DAN TAHUKAH KAMU APA ITU HARI ARAFAH?. Oleh: Hamba Allah Besok, In Sya Allah, Hari Arafah.. Hari impian impian besar.. Hari rahmat Allah yang menyeluruh.. Hari do'a do'a dikabulkan.. Hari pembagian hadiah hadiah Ilahiyah termahal.. Hari terbaik yang terbit padanya matahari.. Dalam hadits sahih Nabi -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- bersabda: "Sebaik baik do'a ialah do'a pada hari Arafah. Sebaik baik dzikir yang aku baca dan dibaca oleh seluruh Nabi ialah: "LA ILAHA ILLALLAH, WAHDAHU LA SYARIKA LAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU, WA HUWA 'ALA KULLI SYAY IN QADIR". HR. At-Tirmidzi. Dalam hadits sahih yang lain, Nabi -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- bersabda: "Tak ada hari, di mana Allah membebaskan para hambaNya dari api neraka, dalam jumlah yang lebih banyak dari yang dibebaskan dari api neraka pada hari Arafah. Sesungguhnya Allah (pada hari itu) mendekat dan membanggakan para hambaNya di depan para malaikat, lalu Allah berfirman: "Apa yang mereka inginkan?. Saksikanlah wahai para malaikatKu, sesungguhnya AKU telah mengampuni mereka". HR. Muslim "Shaum pada hari Arafah, menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang". HR. Muslim Kalau Nabi kita -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam- pada saat beliau wuquf di Arafah, beliau berdo'a dalam waktu yang sangat panjang sekali, sejak masuk waktu zhuhur sampai terbenam matahari -sekitar enam jam beliau berdo'a- tanpa diselingi dengan da'wah atau urusan yang lain, padahal Allah telah melindungi beliau dari dosa dan telah mengampuni kekhilafan beliau. Tidakkah semestinya kita juga mengoptimalkan do'a kita pada hari yang hanya sehari dalam setahun ini, paling tidak sejak zhuhur sampai Maghrib, atau minimal dari Ashar sampai Maghrib. Kita berdo'a yang lama. Berdo'a yang panjang. Sambil mengangkat kedua tangan menghadap kiblat!. Kita punya banyak dosa.. Kita banyak kali lalai.. Kita banyak kali melampaui batas.. Kita punya banyak kemalasan.. Kita banyak kali berdusta.. Kita banyak berbuat kedurhakaan.. Kita punya banyak kebutuhan.. Kita mengalami banyak problem.. Kita menghadapi banyak kesulitan.. Kita menjalani banyak penderitaan.. Alangkah pentingnya kita mengoptimalkan do'a do'a kebaikan pada enam jam yang diberkahi ini untuk diri kita, untuk keluarga, masyarakat dan umat Islam pada umumnya, terutama permohonan hidayah, istiqamah, perlindungan, penjagaan, keselamatan, kemenangan. Demi Allah, sekiranya kita benar benar meyakini bagaimana do'a pada waktu waktu mustajab ini menjauhkan keburukan, mendatangkan kebaikan, niscaya pasti kita berlomba dalam mengisi setiap menit dari enam jam yang termulia ini. Sungguh banyak dari kalangan umat Islam yang kita sebut sebagai orang orang shalih yang "biasa biasa saja", tapi iman mereka tinggi, akhlak mereka mulia, itu karena taufiq dari Allah kepada mereka; dan berkah dari do'a do'a mereka yang terus menerus. Sebaliknya, banyak orang dinilai sebagai orang cerdas, cendikiawan, berpendidikan tinggi, orang kaya, termasuk kelompok elit, tapi mereka tidak mencapai tingkatan yang tinggi dalam iman dan taqwa, karena kelalaian mereka terhadap Allah dan kemalasan mereka berdo'a. Hari Arafah.. Kemuliaannya sangat besar dan sangat tinggi.. Waktunya sangat singkat.. Setiap detiknya lebih mahal dari emas, perak, intan, berlian, permata, yang termahal.. Marilah kita membuka pintu hati kita.. Marilah kita bersiap untuk sungguh sungguh merendah kepada Allah.. Marilah kita bersiap untuk mengoptimalkan sangkaan baik kepada Allah.. Marilah kita mewaspadai sikap tergesa gesa dalam berdo'a.. Yakinlah bahwa Allah pasti menurunkan kasih sayangNya, kemudahanNya, solusiNya, yang pasti membahagiakan kita.. Mari kita persiapkan rencana do'a kita yang panjang.. Rencana curhat kita yang lama kepada Allah.. Tentang kebutuhan kita secara rinci.. Kesusahan kita secara detail.. Impian impian dan cita cita besar kita semuanya.. Persiapkan semua itu untuk kita sampaikan kepada Allah dalam munajat khusyu' yang panjang dan lama.. Berusahalah untuk menghayati rasa butuh sedalam dalamnya kepada Allah.. Berusahalah untuk menangis sambil mengadu dan meminta kepada Allah, semua yang kita inginkan.. Marilah kita menghayati bahwa do'a adalah ibadah yang mulia, sangat disenangi oleh Allah, setiap saat, setiap keadaan. Ingatlah untuk mendo'akan kedua orang tua kita.. rumah tangga kita.. kerabat kita.. keluarga besar kita.. semua umat Islam.. yang hidup maupun yang sudah wafat.. Setiap muslim dan muslimah di seluruh dunia, pada hari Arafah, sangat butuh kepada do'a dari hati yang jujur.. Semoga Allah senantiasa menambahkan hidayahNya, tuntunannya, kemudahanNya, kasih sayangNya kepada kita semua dan kepada semua orang yang kita cintai karena Allah. Aamiin. (Bersama kita sebarkan setiap nasehat dengan niat untuk mendapatkan pahala yang tak terputus)